Asal Minyak Bumi

Komposisi Minyak Bumi
Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak 50-98% berat, sisanya terdiri atas zat-zat organik yang mengandung belerang, oksigen, dan nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium, kalsium, dan magnesium. Secara umum, komposisi minyak bumi dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan kandungan senyawanya,
minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan hidrokarbon dan
non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.
1. Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin, naften, dan aromat.
1.1. Parafin
adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
1.2. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n. Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
1.3. Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
1.4. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-atom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif besar.
2. Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai atau cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak bumi.
2.1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki karena :
adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
1.2. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n. Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
1.3. Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
1.4. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-atom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif besar.
2. Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai atau cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak bumi.
2.1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki karena :
- menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk pengolahan.
- mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
- meracuni katalis-katalis perengkahan.
- menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak, senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).
2.2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.
2.3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat (2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
3. Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium. Logam-logam ini terdapat bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk pengolahan.
Karakterisasi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari hidrokarbon-hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis kadar senyawa-senyawa penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan, juga kurang berguna dalam praktek. Analisis elemental yang menentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam juga tidak memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak bumi yang dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan minyak bumi mentah, informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal itu, orang mulai mengembangkan metode-metode semi empirik untuk mengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah ditentukan.
1. Berat jenis
Berat jenis minyak bumi umumnya dinyatakan dalam satuan oAPI, yang didefinisikan sebagai berikut :
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.
2.3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat (2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
3. Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium. Logam-logam ini terdapat bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk pengolahan.
Karakterisasi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari hidrokarbon-hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis kadar senyawa-senyawa penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan, juga kurang berguna dalam praktek. Analisis elemental yang menentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam juga tidak memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak bumi yang dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan minyak bumi mentah, informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal itu, orang mulai mengembangkan metode-metode semi empirik untuk mengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah ditentukan.
1. Berat jenis
Berat jenis minyak bumi umumnya dinyatakan dalam satuan oAPI, yang didefinisikan sebagai berikut :

dengan s = berat jenis 60/60 = densitas minyak pada 60 oF (15,6 oC) dibagi dengan densitas air pada 60 oF.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa
oAPI akan semakin besar jika berat jenis minyak makin kecil. Berat jenis
(specific gravity) kadang-kadang digunakan sebagai ukuran kasar untuk
membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat jenis rendah
biasanya adalah parafinik. Perkiraan jenis minyak bumi ditunjukkan
sebagai berikut:

2. Pour point
Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur yang menyebabkan minyak bumi yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa menjadi tidak bisa dituangkan atau sebaliknya. Makin rendah titik tuang, berarti kadar parafin makin rendah sedangkan kadar aromatnya makin tinggi.
3. Distilasi/Rentang pendidihan
Pengukuran rentang pendidihan menghasilkan petunjuk tentang kualitas dan kuantitas berbagai fraksi yang terdapat dalam minyak bumi. Pengujian rentang pendidihan yang lazim dilakukan di laboratorium-laboratorium karakterisasi minyak bumi antara lain distilasi ASTM atau distilasi Engler (distilasi sederhana), distilasi Hempel, dan distilasi TBP (True Boiling Point).
Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat jenis dan rentang pendidihan suatu minyak bumi adalah untuk menentukan faktor karakterisasi Watson atau UOP (Universal Oil Products Co.) dan index korelasi (CI) USBM (United States Bureau of Mines).
Faktor karakterisasi Watson
Faktor karakterisasi Watson atau K-UOP didefinisikan sebagai :
Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur yang menyebabkan minyak bumi yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa menjadi tidak bisa dituangkan atau sebaliknya. Makin rendah titik tuang, berarti kadar parafin makin rendah sedangkan kadar aromatnya makin tinggi.
3. Distilasi/Rentang pendidihan
Pengukuran rentang pendidihan menghasilkan petunjuk tentang kualitas dan kuantitas berbagai fraksi yang terdapat dalam minyak bumi. Pengujian rentang pendidihan yang lazim dilakukan di laboratorium-laboratorium karakterisasi minyak bumi antara lain distilasi ASTM atau distilasi Engler (distilasi sederhana), distilasi Hempel, dan distilasi TBP (True Boiling Point).
Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat jenis dan rentang pendidihan suatu minyak bumi adalah untuk menentukan faktor karakterisasi Watson atau UOP (Universal Oil Products Co.) dan index korelasi (CI) USBM (United States Bureau of Mines).
Faktor karakterisasi Watson
Faktor karakterisasi Watson atau K-UOP didefinisikan sebagai :

Klasifikasi berdasarkan K-UOP sebagai berikut :

Index korelasi USBM
Indeks korelasi ini didasarkan pada pengamatan bahwa n-parafin memiliki nilai CI=0 dan CI=100 untuk benzen. CI didefinisikan sebagai :
Indeks korelasi ini didasarkan pada pengamatan bahwa n-parafin memiliki nilai CI=0 dan CI=100 untuk benzen. CI didefinisikan sebagai :

1. Gas-gas hidrokarbon ringan
Komponen-komponennya adalah senyawa-senyawa parafinik dengan titik didih normal < 30 oC dan pada tekanan atmosfer berwujud gas, yaitu metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), isobutana (i-C4H10) dan n-butana (n-C4H10). Gas-gas tersebut lazim disebut sebagai gas kilang. Propana dan butana biasanya dipisahkan dari gas kilang dan dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied Petroleum Gases). LPG digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga atau sebagai bahan bakar motor yang telah disesuaikan penggunaannya.
Pemisahan komponen gas kilang berupa campuran etana, propana dan butana
Komponen-komponennya adalah senyawa-senyawa parafinik dengan titik didih normal < 30 oC dan pada tekanan atmosfer berwujud gas, yaitu metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), isobutana (i-C4H10) dan n-butana (n-C4H10). Gas-gas tersebut lazim disebut sebagai gas kilang. Propana dan butana biasanya dipisahkan dari gas kilang dan dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied Petroleum Gases). LPG digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga atau sebagai bahan bakar motor yang telah disesuaikan penggunaannya.
Pemisahan komponen gas kilang berupa campuran etana, propana dan butana
digunakan sebagai bahan mentah pembuatan olefin dalam proses perengkahan kukus (steam cracking).

Selain itu, gas kilang dapat dimanfaatkan langsung tanpa mengalami proses pemisahan sebagai :
a. bahan mentah dalam reformasi kukus (steam reforming) untuk pembuatan gas sintesis (campuran CO dan H2)
a. bahan mentah dalam reformasi kukus (steam reforming) untuk pembuatan gas sintesis (campuran CO dan H2)

b. dijadikan bahan bakar untuk ketel-ketel kukus, turbin-turbin gas, dan tungku-tungku pemanas di dalam kilang.
2. Bensin (gasolin)
Mulanya bensin adalah produk utama dalam
industri minyak bumi yang merupakan campuran kompleks dari ratusan
hidrokarbon dan memiliki rentang pendidihan antara 30-200 oC. Bensin
adalah bahan bakar mesin siklus Otto yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar alat transportasi darat (mobil). Kinerja yang dikehendaki dari
bensin adalah anti knocking. Knocking adalah peledakan campuran (uap
bensin dengan udara) di dalam silinder mesin dengan siklus Otto sebelum
busi menyala. Peristiwa knocking ini sangat mengurangi daya mesin.
Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan knocking. Sementara,
hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik cenderung bersifat anti
knocking. Tolok ukur kualitas anti knocking sering disebut sebagai
bilangan oktan (octane number). Skalanya didasarkan kepada n-heptana
memiliki bilangan oktan nol dan isooktana memiliki bilangan oktan
seratus. Bensin dikatakan memiliki bilangan oktan X, dengan 0 < X
> 100, jika kualitas pembakaran bensin tersebut setara dengan
kualitas pembakaran campuran X% volum isooktan dan (100-X)% volum
n-heptana. Untuk skala bilangan oktan yang lebih besar dari 100
dirumuskan sebagai :

Dalam pengujiannya, terdapat dua jenis
bilangan oktan yaitu bilangan oktan riset RON (Research Octane Number)
dan bilangan oktan motor MON (Motor Octane Number). RON diukur pada
kondisi pengujian yang mewakili kondisi di dalam kota, kecepatan rendah
dan frekuensi percepatan/perlambatan tinggi. Sedangkan MON diukur pada
kondisi pengujian yang mewakili kondisi di jalan raya bebas hambatan,
kecepatan tinggi dan frekuensi percepatan/perlambatan rendah. Bilangan
oktan yang diumumkan adalah rata-rata aritmatik kedua bilangan oktan
tersebut yang kemudian disebut sebagai PON (Posted Octane Number).
Senyawa aromatik dan parafin bercabang mempunyai angka oktan paling
tinggi, sedangkan n-parafin memiliki biilangan oktan yang paling rendah.
Naftenik, olefin dan parafin bercabang sedikit memiliki bilangan oktan
yang sedang. Kenaikan panjang rantai hidrokarbon parafin menurunkan
angka oktan.
Penambahan senyawa-senyawa organik logam
berat dapat meningkatkan bilangan oktan bensin. Senyawa yang paling
efektif dalam meningkatkan bilangan oktan adalah TEL (Tetra Ethyl Lead,
Pb(C2H5)4). Senyawa ini larut dalam bensin dan dapat mengakibatkan
kenaikan yang besar pada bilangan oktan bensin yang ditambahkan.
Kenaikan bilangan oktan karena penambahan TEL semakin kecil jika
bilangan oktan semula semakin besar. Tetapi, penambahan TEL atau
senyawa-senyawa logam berat lainnya dapat mencemari atmosfir dan menjadi
racun bagi orang yang menghirupnya, maka digunakanlah senyawa-senyawa
pengganti logam berat tersebut yaitu senyawa alkohol dan eter seperti
metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), Metil Tersier Butil Eter (MTBE), Etil
Tersier Butil Eter (ETBE) dan Tersier Amil Metil Eter (TAME). Aditif
yang berasal dari eter memiliki afinitas terhadap air yang lebih kecil
daripada aditif yang berasal dari alkohol. Bensin yang dicampuri eter
lebih tidak menarik air dari udara bebas (adanya air akan merusak mutu
bensin).
3. Kerosin, bahan bakar pesawat jet, dan minyak diesel
Ketiga kelompok ini memiliki rentang
pendidihan yang mirip. Kerosin disebut juga dengan minyak tanah dan
digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga. Rentang pendidihannya antara
175-275 oC. Tolok ukur kualitas ketiga kelompok ini adalah “smoke point”.
Smoke point adalah titik nyala tertinggi (dalam mm) yang dapat
dihasilkan tanpa membangkitkan asap. Semakin tinggi kadar senyawa aromat
dalam minyak bumi tersebut, maka smoke point-nya pun semakin rendah.
Tolok ukur lainnya adalah “flash point” yang merupakan temperatur
terendah yang membuat uap minyak bumi mulai meletup jika disodori api
kecil. Kerosin yang bagus memiliki smoke point 17 dan flash point >
40 oC.
Bahan bakar pesawat jet dibedakan untuk kebutuhan sipil dan militer. Untuk keperluan sipil, rentang pendidihannya 175-290 oC, kadar aromat maksimum 20% volum, dan flash point >40 oC. Sedangkan untuk keperluan militer rentang pendidihannya 65-290 oC dengan kadar aromat maksimum 25% volum.
Bahan bakar pesawat jet dibedakan untuk kebutuhan sipil dan militer. Untuk keperluan sipil, rentang pendidihannya 175-290 oC, kadar aromat maksimum 20% volum, dan flash point >40 oC. Sedangkan untuk keperluan militer rentang pendidihannya 65-290 oC dengan kadar aromat maksimum 25% volum.
Minyak diesel adalah bahan bakar untuk
mesin siklus diesel. Mesin dengan siklus diesel tidak menggunakan busi,
tetapi menggunakan penyalaan mandiri minyak diesel panas ke dalam
silinder berisi udara bertekanan tinggi. Oleh karena itu, minyak diesel
diharapkan memiliki kecenderungan untuk menyala sendiri. Tolok ukurnya
adalah bilangan setan (cetane number). Minyak diesel memiliki bilangan
setan X jika performa minyak diesel tersebut memiliki kualitas yang
setara dengan campuran X% volume n-heksadekan (n-C16H34) dan (100-X)%
volume α-metil naftalena (C10H7CH3). Minyak diesel untuk kenderaan
otomotif biasa disebut solar dengan rentang pendidihan 175-340 oC
dengan bilangan setan > 50. Sedangkan minyak diesel untuk kereta api
memiliki bilangan setan 40 s/d 45 dengan rentang pendidihan 180-370 oC.
4. Minyak bakar
Minyak bakar terbagi atas lima jenis,
yaitu minyak bakar no. 1, no. 2, no. 4, no. 5 dan no. 6. Minyak bakar
no. 1 sangat mirip kerosin tetapi memiliki titik tuang dan titik akhir
rentang pendidihan yang lebih tinggi. Minyak bakar no. 2 (IDO=Industrial
Diesel Oil) sangat mirip dengan minyak diesel otomotif. Minyak bakar
no. 1 dan no. 2 serta kerosin, bahan bakar pesawat jet dan minyak diesel
biasa disebut sebagai BBM distilat (distillate fuels). Minyak bakar no.
4, no. 5 dan no. 6 disebut BBM residu karena berasal dari sisa
distilasi minyak bumi mentah pada tekanan atmosferik. Minyak bakar no. 4
adalah yang paling ringan di antara ketiganya dan memiliki titik tuang
-7 oC. Minyak bakar no. 5 masih berupa fluida pada temperatur di atas 10
oC sedangkan minyak bakar no. 6 harus dipanaskan terlebih dahulu untuk
bisa mengalir. Makin besar nomor minyak bakar, makin tinggi nilai
kalornya.
5. Produk-produk lain
Produk-produk lainnya seperti minyak pelumas, petroleum waxes (lilin), petroleum greases (gemuk), aspal dan kokas.
Konsep-konsep Pengolahan di dalam Kilang
Pengolahan minyak bumi didasarkan kepada
kebutuhan masyarakat akan produk-produk yang dihasilkan dari pengolahan
minyak bumi. Volume permintaan terhadap bensin dan BBM lainnya (dari
bensin sampai minyak bakar) sangatlah besar. Sedangkan kebutuhan akan
produk-produk lainnya seperti minyak pelumas, lilin, gemuk, dan kokas
relatif kecil. Oleh karena itu, konsep utama pengolahan minyak bumi
mentah didasarkan untuk menyediakan BBM secara umum dan memaksimumkan
produksi BBM tertentu yang paling dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
konsumen.
Minyak mentah dapat dipisahkan dengan
proses distilasi menghasilkan berbagai fraksi yang berbeda rentang
pendidihannya. Pelaksanaan distilasi pada tekanan atmosfer menghasilkan
fraksi-fraksi minyak bumi yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Residu (topped crude)
Residu yang diperoleh akan rusak
(terurai) jika terus didistilasi pada tekanan atmosferik dengan
temperatur yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, residu ini
didistilasi lagi pada tekanan vakum sehingga menghasilkan fraksi-fraksi
berikut :

Minyak residu vakum
Fraksi-fraksi yang diperoleh dengan distilasi minyak mentah umumnya memiliki dua kelemahan yaitu :
- Distribusi kuantitas fraksi-fraksi yang diinginkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Contohnya volume total fraksi-fraksi ringan (bensin, nafta, kerosin dan minyak gas ringan) biasanya lebih kecil daripada volume total campuran minyak gas atmosferik dan residu, padahal kebutuhan pasar akan bensin dan BBM distilat jauh lebih besar daripada BBM residu.
- Kualitas fraksi-fraksi tersebut sangat rendah dibandingkan dengan kualitas yang disyaratkan oleh pasar. Contohnya bilangan oktan straight run gasoline yang diperoleh langsung dari proses distilasi berkisar 67-70, sedangkan bilangan oktan yang disyaratkan pasar minimal 87 (premium).
Oleh karena itu, fraksi-fraksi yang
diperoleh dari distilasi tersebut perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut untuk memaksimalkan perolehan produk-produk yang diinginkan
pasar. Proses-proses pengolahan yang umum dilakukan adalah sebagai
berikut :
- Fraksi-fraksi yang terdiri atas hidrokarbon-hidrokarbon dengan molekul besar (jumlah atom C banyak) direngkahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan mendidih pada rentang pendidihan yang dikehendaki. Proses ini disebut perengkahan (cracking) dan umumnya dilakukan pada minyak gas serta residu.
- Fraksi-fraksi yang sudah memiliki jumlah atom C yang sesuai, tetapi kualitasnya masih rendah, dibentuk ulang sehingga memiliki struktur yang berbeda seperti menjadi bercabang, siklik atau aromatik. Proses ini disebut reformasi (reforming) jika berat molekulnya berbeda sedikit dari berat molekul semula. Dan jika hanya mengalami perubahan struktur tanpa mengalami perubahan berat molekul, maka prosesnya disebut isomerisasi.
- molekul-molekul hidrokarbon yang terlalu kecil dirangkaikan dengan molekul-molekul lainnya menjadi hidrokarbon bermolekul besar dan mendidih pada rentang yang diinginkan. Jika senyawa-senyawa yang dirangkaikan adalah senyawa-senyawa yang sama maka prosesnya disebut polimerisasi (meskipun yang terjadi di dalam kilang hanyalah dimerisasi, trimerisasi dan oligomerisasi). Jika yang dirangkaikan adalah senyawa alkana dengan molekul hidrokarbon tak jenuh, prosesnya disebut dengan alkilasi.
- Produk-produk dari konversi kimia di atas beserta produk distilasi minyak mentahnya dimurnikan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak dikehendaki, memperbaiki warna, meningkatkan kejernihan dan diramu menjadi produk-produk yang kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan permintaan pasar.
Konfigurasi Kilang
Langkah-langkah pemrosesan minyak bumi
(konfigurasi kilang) bergantung kepada jenis minyak bumi mentah yang
akan diolah serta jenis BBM yang akan dihasilkan dan dijual ke
masyarakat. Perbedaan jenis minyak mentah dan jenis BBM yang akan
dihasilkan akan memberikan konfigurasi kilang yang berbeda.
Gambar berikut menunjukkan konfigurasi
kilang minyak yang memaksimumkan produksi minyak bakar distilat dan
minyak bakar residu yang dikenal sebagai kilang tipe “skimming”.
Minyak bumi yang diolah diandaikan memiliki kadar belerang tinggi. Minyak mentah didistilasi pada tekanan atmosferik untuk menghasilkan gas dan straight run gasoline sebagai distilat ringan. Nafta, kerosin dan minyak gas sebagai distilat menengah dan minyak residu sebagai topped crude atau produk bawah yang langsung dipasarkan sebagai minyak bakar berat. Proses penghilangan belerang tergantung kepada reaktivitas senyawa belerang yang dikandung masing-masing fraksi. Gas biasanya mengandung senyawa belerang yang paling ringan dan reaktif yaitu gas hidrogen sulfida (H2S), yang bisa dihilangkan dengan absorbsi oleh cairan yang bersifat basa seperti monoetanolamina (MEA, HO-C2H4-NH2) atau dietanolamina (DEA, (HO-C2H4)2NH). Setelah dibersihkan, gas tersebut didistilasi untuk menghasilkan gas kilang dan LPG.
H2S yang diserap pelarut dilucuti dan
dikirim ke pabrik Claus, yaitu pabrik yang mengubah H2S menjadi belerang
murni via reaksi :

Belerang cair yang terbentuk kemudian
dibekukan dan dijual dalam bentuk padatan. Senyawa belerang yang
terkandung dalam straight run gasoline biasanya adalah kelompok
merkaptan (R-SH) dan proses peghilangan senyawa merkaptan ini disebut
proses sweetening. Proses sweetening yang paling banyak digunakan saat
ini adalah proses MEROX (Mercaptan Oxidation). Senyawa merkaptan
diekstraksi dari bensin dengan larutan basa kuat, cairan ekstraknya
dioksidasi dengan udara menjadi senyawa disulfida yang, karena tidak
larut dalam air, akan memisah kembali dalam bentuk minyak. Bensin
straight run gasoline yang sudah tidak mengandung merkaptan, dikirim ke
unit peramuan produk BBM.
Senyawa belerang yang terdapat di dalam
distilat menengah umumnya kurang reaktif seperti tiofen, fenil merkaptan
dan disulfida. Oleh karena itu, proses penghilangan senyawa-senyawa ini
memerlukan proses yang berkondisi lebih berat seperti hidrogenasi
katalitik pada temperatur 320-420 oC pada tekanan 25-70 bar. Katalis
padat yang digunakan adalah senyawa kobalt molibdat. Pada proses
hidrodesulfurisasi ini, senyawa-senyawa tersebut dikonversi menjadi H2S
dan hidrokarbon jenuh. H2S yang terbentuk akan terencerkan oleh
hidrokarbon ringan produk samping yang, karena berwujud gas, dapat
berpisah langsung dari cairan distilat menengah yang diolah dan bisa
langsung dikirim ke unit penghilangan H2S.
Kerosin dan minyak gas yang sudah
didesulfurisasi dikirim ke unit pengolahan lain (peramuan), sedangkan
nafta (fraksi minyak bumi yang memiliki rentang titik didih antara
bensin dan kerosin) direformasi menjadi bensin beroktan tinggi yang
disebut bensin reformat. Proses reformasi ini menghasilkan produk
samping gas H2 yang berguna untuk keperluan proses penghilangan belerang
di unit hidrodesulfurisasi.
Dalam unit peramuan, berbagai komponen
BBM mulai dari butana sampai minyak gas dicampur-campur dan ditambahkan
berbagai aditif untuk menyempurnakan kualitasnya menjadi BBM yang
memenuhi standar kualifikasi pasar.
Kuantitas minyak residu atmosferik
umumnya selalu di atas 30% volume dari minyak mentah. Sehingga untuk
memaksimumkan perolehan produk yang lebih ringan, fraksi-fraksi berat
harus diubah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan dengan cara
perengkahan.
Perbedaan utama skema pengolahan kilang
minyak BBM motor dengan kilang tipe skimming adalah dilangsungkannya
proses distilasi vakum terhadap minyak residu atmosferik. Proses ini
menghasilkan minyak gas vakum ringan (LVGO, Light Vaccuum Gas Oil) untuk
bahan campuran solar dan minyak bakar distilat serta minyak gas vakum
berat (HVGO, Heavy Vacuum Gas Oil) untuk dikonversi menjadi bensin
rengkahan, minyak gas rengkahan dan gas hidrokarbon ringan dalam proses
perengkahan katalitik (catalytic cracking). Produk bawah distilasi vakum
bisa dijadikan komponen minyak bakar berat atau diolah menjadi aspal.
Jika produk yang hendak diambil bukan
minyak bakar melainkan BBM motor, maka konfigurasi kilang minyak yang
cocok digambarkan sebagai berikut :
Proses Pemisahan
Gambar di bawah ini menunjukkan diagram alir sederhana pabrik distilasi atmosferik.
Minyak mentah umpan masih mengandung
kotoran garam dan pasir sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu
karena kehadiran zat-zat ini dapat mempercepat laju korosi bahan
konstruksi unit pengolahan, menyebabkan pengendapan kerak serta
penyumbatan pada peralatan kilang. Pengolahan awal yang dilakukan adalah
desalting atau pemisahan garam. Minyak bumi mentah dipompa dan
dipanaskan lalu dicampur dengan air sebanyak 3-10% volume minyak mentah
pada temperatur 90-150 oC. Garam-garam akan larut dan fasa air dan
minyak akan memisah dalam tangki desalter.
Minyak mentah yang tidak mengandung
garam dan padatan tersebut dipanaskan lagi dengan minyak residu panas
lalu heater sebelum diumpankan ke kolom distilasi atmosferik. Produk
atas kolom distilasi utama (gas kilang dan straight run gasoline) ini
umumnya masih perlu distabilkan agar tidak terlalu banyak mengandung
hidrokarbon-hidrokarbon yang sangat mudah menguap seperti butana di
dalam kolom distilasi lain yang disebut kolom stabilisasi. Produk
samping dan bawah yang berupa cairan dilucuti oleh kukus dan diuapkan
lagi untuk menyempitkan rentang titik didihnya. Pelucutan ini
diselenggarakan dalam kolom-kolom pelucut kecil yang disusun setelah
kolom distilasi utama.
Minyak residu atmosferik biasanya dikeluarkan dari bagian bawah kolom distilasi utama pada temperatur 350-400 oC.
Ini adalah batas temperatur tertinggi yang bisa dialami minyak tanpa
mengalami degradasi. Agar dapat dipisahkan menjadi fraksi-fraksi utuh
tanpa mengalami degradasi, distilasi selanjutnya dilaksanakan pada
tekanan vakum (lebih rendah dari tekanan atmosferik, 30-50 mmHg).
Produk atas kolom distilasi vakum adalah
minyak gas vakum ringan (LVGO) untuk bahan campuran peramuan minyak
bakar distilat. Produk sampingnya adalah minyak gas vakum berat (HVGO)
yang digunakan sebagai umpan perengkahan katalitik atau dijadikan bahan
mentah pembuatan minyak pelumas. Produk bawah disebut minyak residu
vakum dan umumnya dijadikan bahan baku pembuatan aspal.
Proses pemisahan lainnya yang umum digunakan dalam pengolahan minyak bumi adalah sebagai berikut :
1. Ekstraksi
Awalnya, ekstraksi digunakan untuk
meningkatkan kualitas kerosin, akan tetapi pada perkembangannya proses
ini lebih banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas minyak pelumas.
Minyak pelumas digunakan untuk melapisi dua permukaan keras yang
bergesekan untuk memperkecil kerusakan dan kehilangan energi. Bahan baku
minyak mentah adalah fraksi minyak mentah dengan titik didih di atas
500 oC. Dalam fraksi tersebut juga terdapat lilin, aspal dan
senyawa polisiklis yang jika berada dalam jumlah yang cukup dapat
mengganggu sehingga harus dihilangkan. Penghilangan zat-zat tersebut
dilakukan dengan dewaxing, prophane deasphalting dan fulfural
extraction.
2. Dewaxing
Pada proses ini, minyak didinginkan
(chilled) untuk mengkristalkan lilin. Pemisahan lilin dari minyak
dilakukan dengan penyaringan dan pengendapan. Proses yang lain adalah
dengan menggunakan pelarut selektif yang dapat melarutkan stok minyak
dan menolak lilin. Senyawa yang sering digunakan untuk melakukan proses
ini adalah metil etil keton, propan atau urea.
3. Propane deasphalting
Propan dapat melarutkan minyak pelumas
dengan baik. Pada proses ini, kenaikan temperatur akan mengurangi
kemampuan melarutkan tetapi selektivitasnya bertambah.
4. Fulfural extraction
Hidrokarbon polisiklik dalam minyak
pelumas tidak dikehendaki karena memiliki indeks viskositas yang rendah.
Oleh karena itu, senyawa polisiklik ini dihilangkan dengan proses
ekstraksi menggunakan fulfural. Fulfural stabil, tidak beracun, relatif
murah dan mudah didapat dan selektif pada temperatur tinggi. Oleh karena
selektivitas fulfural rusak karena keberadaan air, maka dalam sirkulasi
pelarut harus dilakukan dehidrasi.
Proses dekomposisi molekul
Perengkahan adalah reaksi pemecahan
senyawa hidrokarbon molekul besar pada temperatur tinggi menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrokarbon akan merengkah jika
dipanaskan jika temperaturnya melebihi 350-400 oC dengan atau
tanpa bantuan katalis. Parafin adalah hidrokarbon yang paling mudah
merengkah, disusul dengan senyawa-senyawa naftena. Sedangkan senyawa
aromatik sangat sukar merengkah. Proses perengkahan yang terjadi hanya
karena pemanasan dinamakan perengkahan termal (thermal cracking).
Sedangkan proses perengkahan yang terjadi dengan bantuan katalis disebut
perengkahan katalitik (catalytic cracking).
1. Perengkahan termal
Perengkahan termal dilakukan untuk
mendapatkan nafta dari fraksi vakum gas oil atau residu. Gasoline yang
dihasilkan memberikan angka oktan yang lebih tinggi daripada gasoline
hasil distilasi awal. Perengkahan termal yang masih dilakukan adalah
visbreaking dan coking. Visbreaking bertujuan untuk menurunkan
viskositas dan pour point umpan minyak dan bahan bakar minyak. Stok
umpan yang digunakan pada umumnya adalah residu yang dihasilkan dari
destilasi vakum. Coking dilakukan untuk menghasilkan kokas (coke).
Beberapa proses coking adalah fluid coking, delayed coking,decarbonizing
dan lain-lain. Proses yang terjadi dalam delayed coking adalah thermal
cracking dan polimerisasi. Pada thermal cracking terjadi reaksi kimia
sebagai berikut :

Radikal bebas ini tidak stabil dan
sangat reaktif sehingga membentuk olefin–olefin dengan hidrokarbon lain.
Reaksi radikal bebas berakhir jika dua radikal bebas bergabung.
2. Perengkahan katalis
Perengkahan katalis terdiri dari dua
jenis reaksi, yaitu perengkahan aromatik dan reaksi perpindahan hidrogen
dan pembentukan kokas. Pada perengkahan aromatik, cincin aromatik
stabil pada kondisi perengkahan katalis, tetapi rantai panjang alkil
reaktif. Kemudahan perengkahan alkil aromatik bertambah dengan kenaikan
panjang rantai alkil.

Produk parafinik hasil perengkahan
katalis bercabang lebih banyak dari yang diperkirakan. Penjelasan atas
hal tersebut diberikan dari reaksi hidrogen transfer seperti berikut :

Karena reaksi isomerisasi olefin dan
hidrogen transfer antara i-olefin dan decalin jauh lebih cepat dari pada
reaksi lain, maka i-parafin dihasilkan lebih cepat dari parafin.
Berlawanan dengan perengkahan termis
yang terjadi karena adanya reaksi rantai dari radikal bebas, produk
reaksi antara yang terdapat dalam perengkahan katalis adalah
fragmen-fragmen bermuatan positif yang disebut ion karbonium. Ion
karbonium berbeda dengan radikal bebas karena mengandung elektron minus
satu. Tipe reaksinya sebagai berikut :

Oleh karena reaksi pertukaran ini, parafin dan naftenik menjadi reaktif.
Katalis yang digunakan adalah katalis padat yang bersifat asam dengan porositas tinggi dan tahan abrasi maupun perubahan temperatur. Bahan katalis terdiri dari silika dan alumina. Semakin banyak umpan, semakin tinggi hasil gasolin yang diperoleh. Sebagai contoh, suatu Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) merengkah hidrokarbon MVGO dan HVGO menjadi produk-produk berupa gas ringan, LPG, nafta dan Light Cycle Oil (LCO).
Suatu FCCU terdiri dari tiga unit yang berfungsi antara lain :
a. unit cracking dan regenerasi yang berfungsi untuk merengkah umpan menjadi gas yang akan difraksinasi di kolom distilasi serta meregenerasi katalis di regenerator.
b. unit fraksinasi untuk memisahkan produk gas, LCO dan slurry.
c. unit light end untuk memisahkan gas LPG dan nafta dalam gas yang berasal dari bagian atas kolom fraksinasi.
a. unit cracking dan regenerasi yang berfungsi untuk merengkah umpan menjadi gas yang akan difraksinasi di kolom distilasi serta meregenerasi katalis di regenerator.
b. unit fraksinasi untuk memisahkan produk gas, LCO dan slurry.
c. unit light end untuk memisahkan gas LPG dan nafta dalam gas yang berasal dari bagian atas kolom fraksinasi.
3. Hydrocracking
Hydrocracking adalah proses untuk
mengubah bahan dasar yang tak dapat dipergunakan untuk umpan unit
perengkahan dan reformasi katalis karena kandungan logam, nitrogen dan
belerang yang tinggi. Proses ini juga cocok untuk umpan dengan kandungan
aromatik yang tinggi yang tidak dapat diproses secara perengkahan
katalis.
Dari bahan dasar berkualitas rendah ini
dapat dihasilkan gasolin, kerosin, minyak distilat tengah, minyak
pelumas, umpan perengkahan katalis, umpan dasar petrokimia dan LPG.
Reaksi utama proses hydrocracking dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Reaksi hydrocracking parafin
a. Reaksi hydrocracking parafin

b. Reaksi hidrodealkilasi

c. Reaksi hidrodesiklisasi

Reaksi samping yang terjadi secara
paralel adalah reaksi dekomposisi senyawa sulfur, nitrogen dan oksigen
serta reaksi hidrogenasi olefin dan aromat.
a. reaksi dekomposisi


Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis yang memiliki dua jenis pusat aktif, yaitu inti metal yang berfungsi untuk melangsungkan reaksi hidrogenasi/ dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi untuk melangsungkan reaksi perengkahan/ isomerisasi.
Hidro Cracker (HC) Unibon di UP II Dumai
merengkah umpan HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan HCGO (Heavy Coking Gas
Oil) untuk menghasilkan produk LPG, Light Naphtha, Light Kerosene, Heavy
Kerosene dan Diesel. Kondisi reaksinya 290-495 oC, 35-175 kgf/cm2 dengan katalis DHC-6 yang merupakan silika alumina amorf sebagai base metal dengan kombinasi nikel, molibdenum, dan tungsten.
4. Proses pengubahan struktur molekul
Proses pengubahan struktur molekul
menjadi molekul baru yang berat molekulnya tidak jauh berbeda disebut
dengan reformasi. Sedangkan proses pengubahan struktur molekul tanpa
mengubah berat molekul disebut isomerisasi. Proses reformasi yang telah
berkembang dan digunakan untuk menaikkan angka oktan adalah catalytic
reforming. Tujuan utamanya adalah mengubah hidrokarbon lain menjadi
hidrokarbon aromatik sehingga diperoleh senyawa hidrokarbon dengan angka
oktan yang lebih tinggi. Reaksi catalytic reforming ini endotermik
sehingga diperlukan tambahan kalor untuk menjaga kelangsungan reaksinya.
Contohnya :
a. sikloheksan langsung dihidrogenasi menjadi aromat
a. sikloheksan langsung dihidrogenasi menjadi aromat

b. siklopentan harus mengalami isomerisasi dahulu menjadi sikloheksan

Parafin harus terlebih dahulu mengalami proses siklisasi. Contohnya :

Supaya dapat melangsungkan reaksi
tersebut, parafin harus memiliki paling sedikit 6 buah atom karbon agar
dapat diubah langsung menjadi aromatik. Katalis platina yang digunakan
dalam proses ini disebut katalis platforming yang memiliki dua fungsi,
yaitu bagian yang mengandung platina sebagai bahan dehidrogenasi dan
bagian yang asam seperti klor, fluor atau alumina-promoted silika
berguna dalam proses isomerisasi. Sejumlah platina digunakan untuk
memastikan bahwa aktivitas dehidrogenasi cukup besar dibandingkan
aktivitas isomerisasi.
5. Proses kombinasi molekul
Dengan berkembangnya proses perengkahan
yang menghasilkan produksi gas ringan yang kaya akan olefin aktif,
diciptakan proses-proses baru untuk memanfaatkannya. Polimerisasi adalah
reaksi penggabungan olefin yang satu dengan olefin lainnya. Proses
alkilasi adalah reaksi antara olefin dengan isoparafin. Produk gasolin
yang dihasilkan dari proses alkilasi memiliki angka oktan yang lebih
tinggi dibandingkan gasolin yang dihasilkan dari proses polimerisasi.
Contoh reaksi polimerisasi :

Polimerisasi dengan menggunakan katalis juga dapat dijelaskan dengan teori ion karbonium.

Ion karbonium yang terbentuk dapat bergabung dengan olefin lain dan membentuk ion karbonium yang lebih besar.

Setiap ion karbonium dapat kehilangan proton untuk membentuk olefin.

Mekanisme reaksinya dapat dijelaskan
melalui teori ion karbonium. Ion karbonium dihasilkan dari penggabungan
olefin dengan proton yang dilengkapi dengan katalis asam.

Ion karbonium bereaksi dengan i-butan membentuk i-butil ion karbonium.

i-butil ion karbonium bereaksi dengan olefin membentuk ion karbonium yang lebih besar.

Ion karbonium yang besar bereaksi dengan isobutan menghasilkan i-parafin.

Ion i-butil karbonium diregenerasi dan reaksi berantai berlangsung.
*****
Kontributor :
Zulfan Adi Putra
Universiti Teknologi Petronas
Zulfan Adi Putra
Universiti Teknologi Petronas
salam untuk semua orang di forum blog ini, saya ingin memberi tahu Anda semua tentang terobosan keuangan yang ditawarkan pak pedro untuk saya lalui ketika saya kelaparan dengan bisnis dan keluarga saya selama pandemi covid19. saya menemukan mr pedro di blog spot oleh seseorang yang merekomendasikan dia kepada siapa pun yang mencari pinjaman saya sangat bersemangat dan saya juga termotivasi untuk berada dalam posisi kebebasan finansial karena keluarga saya kelaparan, saya menghubungi mr pedro di aplikasi apa yang saya katakan dia kisah hidup saya tentang situasi keuangan dia mengirimi saya formulir aplikasi untuk diisi dengan perincian saya yang saya lakukan kemudian setelah dia mengirimi saya perjanjian pinjaman kemudian saya meneruskannya ke pengacara saya untuk melihat dan memberi tahu saya tentang cara melakukannya kemudian setelah saya menandatangani perjanjian pinjaman setelah itu pinjaman saya disetujui beberapa jam yang lalu bank menghubungi saya untuk transfer dana dan biaya yang harus saya bersihkan di konter bank saya membersihkan biaya yang saya terima pinjaman saya pada hari berikutnya saya membersihkan biaya bank jadi sangat menyenangkan bekerja dengan mr pedro dan saya berterima kasih banyak atas bantuan yang dia berikan kepada saya yang sangat membantu keluarga saya dari kelaparan. hubungi mr pedro di email: pedroloanss@gmail.com atau berbicara dengannya di whatsapp + 1-8632310632 . untuk tanggapan cepat karena dia selalu sibuk tetapi mereka memiliki beberapa rekan kerja tim profesional lain yang bekerja dengannya juga, tetapi saya merekomendasikan mr pedro kepada siapa pun yang mencari bantuan keuangan.
BalasHapus